Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” (Kejadian 6:5-7)
Kisah ini menceritakan bagaimana kejahatan manusia bertambah banyak, hanya keluarga Nuh yang taat pada perintah Allah (Kejadian 6:22). Karena ketaatan Nuh, maka keluarga Nuh selamat dari air bah. Setelah beberapa waktu Allah berfirman kepada Nuh untuk keluar dari bahtera, dalam kejadian 8:15-19 Allah berfirman untuk keluarga Nuh beranak cucu memenuhi bumi ini (Kejadian 8:15-19). Berkat yang melimpah Allah berikan kepada keluarga Nuh ketika mereka percaya dan taat akan perintah Allah (Kejadian 9:1)
Bahtera itu kemungkinan adalah rasa nyaman di dalam diri kita. Mungkin selama ini kita anggap berkat yang luar biasa dari Tuhan tetapi kita tidak menyadari bahwa Tuhan sudah menyuruh kita keluar dari bahtera itu. Ia ingin kita keluar karena ada sesuatu yang sangat besar yang Tuhan harapkan untuk kita lakukan bagi. Kita bisa bayangkan apa yang terjadi jika Nuh tidak keluar bahtera kemungkinan dia akan mati di dalam bahteranya atau di dalam kenyamanannya.
Apakah zona kenyamanan atau bahtera yang kita harus perhatikan?
Apa yang terjadi dengan kita ?
Apakah selama ini kita pernah melihat diri kita secara objektif dengan kacamata Tuhan? Apakah kita ini masih memiliki kerinduan untuk memberitakan cinta kasih Tuhan? Apakah selama ini kita memiliki motivasi melayani Dia dalam kekudusan?
Apa yang membuat kita merasa lebih dari orang lain?
Dengan tidak kita sadari kadang kita merasa bahwa kita “lebih” dari orang lain entah itu secara hikmat, pengetahuan, pengalaman dan lain-lain, dan mungkin kenyataannya demikian. Namun ada satu hal yang kita lupa bahwa kita bisa jatuh dalam dosa penghakiman karena kita tidak lagi melihat dengan kasih karunia Tuhan.
Apa yang terjadi dengan kita ?
Apakah selama ini kita pernah melihat diri kita secara objektif dengan kacamata Tuhan? Apakah kita ini masih memiliki kerinduan untuk memberitakan cinta kasih Tuhan? Apakah selama ini kita memiliki motivasi melayani Dia dalam kekudusan?
Apa yang membuat kita merasa lebih dari orang lain?
Dengan tidak kita sadari kadang kita merasa bahwa kita “lebih” dari orang lain entah itu secara hikmat, pengetahuan, pengalaman dan lain-lain, dan mungkin kenyataannya demikian. Namun ada satu hal yang kita lupa bahwa kita bisa jatuh dalam dosa penghakiman karena kita tidak lagi melihat dengan kasih karunia Tuhan.
Bagaimana supaya kita keluar dari zona kenyamanan ?
- Jangan kita sampai terjebak dalam mencari nama sendiri dalam pelayanan sehingga kita tidak akan mementingkan diri sendiri dan kita sendiri berani bayar harga (kej 11:4)
- Jangan sekali-sekali kita melawan rencana Allah (Kej 11:4). Apapun yang dikatakan oleh Tuhan itu pasti yang terbaik, dan jangan pernah tawar-menawar terhadap Allah.
Hukuman Allah (Kej 11:7) adalah hukum yang tidak dapat dilanggar walaupun Dia penuh dengan kasih karunia namun ingat ada konsekuensi. Karena kita tidak mengikuti rencana Allah maka Allah menghukum orang yang menentang rencana-Nya. Ia akan menghancurkan rencana manusia itu sehingga ia akan kembali mengikuti rencana-Nya.
Ingatlah pula bahwa pemulihan hanya terjadi dari Allah (KPR 2:1-13) Pada waktu Allah mengacaukan bahasa di bumi maka Allah memperbaikinya kembali dengan kuasa Roh Kudus yang menyatukan manusia dengan Allah (oleh Pdt. Jonedi Ginting)
No comments:
Post a Comment