Kejadian 41:33-36 "Oleh sebab itu baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas Mesir. Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir.Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persedian untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu."
Untuk mengahadapi 7 tahun kelaparan yang di alami Mesir pada zaman Yusuf, Yusuf diberi hikmat oleh Tuhan untuk menyimpan seperlima hasil tanah Mesir sebelum kelaparan itu terjadi. Yusuf mengadakan persiapan. Ini adalah sebuah kunci untuk menghadapi krisis dan goncangan.
Mengamati keadaan negeri kita hari ini, belum lagi ditambah keadaan zaman yang tidak bertambah baik, kita perlu mengadakan persiapan, jangan hanya diam dan pasrah.
Amsal 30:24-25. Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,
Saat ini, ketika goncangan di sekitar kita belum seberapa, adalah sangat bijaksana jika mempersiapkan diri sehingga walaupun krisis terjadi dimana-mana, tapi tidak di dalam diri kita ! Beberapa hal di bawah ini yang perlu kita persiapkan dan perhatikan untuk menghadapi goncangan.
1. Kondisi keuangan
Dalam kitab kejadian 41 yang kita baca di atas dikatakan bahwa Yusuf menyimpan seperlima (20%) dari hasil tanah Mesir selama masa 7 tahun kelimpahan. Hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak menghabiskan seluruh penghasilan yang kita terima. Kita harus berusaha untuk menyisihkan sebagian untuk masa depan kita (dan sepersepuluh tentu saja).
Apalagi jika saat ini kita masih mengalami kekurangan, kita harus berdoa lebih sungguh lagi agar Tuhan menolong kita. Jika ada yang terlilit hutang, berteriaklah pada Tuhan untuk sungguh-sungguh membebaskan dari hutang. Karena orang yang berhutang hidup untuk masa lalu; setiap kali menerima penghasilan, uang itu akan dibayarkan untuk hutang yang dinikmati di masa lalu, bukankah ini berarti orang yang berhutang hidup untuk masa lalu?
Ambilah sebuah tindakan, ubahlah cara hidup yang tidak benar, kencangkan lagi ikat pinggang anda, berusahalah sungguh-sungguh untuk lepas dari jerat hutang. Kita harus memiliki satu tekad yang kuat untuk bebas hutang dan Tuhan akan melihatnya sebagai sebuah keseriusan, maka barulah Tuhan bisa menolong kita dengan cepat.
Sekali lagi, bertindak, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Atur keuangan anda dengan baik dan benar! Pasti ada jalan keluar!
2. Mengerjakan apa yang Tuhan sukai
Matius 25:1-13 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima diantaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. ...Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Ini sudah bukan saatnya lagi kita hanya memikirkan kesenangan kita sendiri; hidup hanya untuk diri sendiri, tidak pernah memikirkan apakah kita memiliki 'minyak' (pengurapan Tuhan) atau tidak, apakah kita penuh Roh Kudus atau tidak. Kita harus mencari wajah Tuhan, meminta Tuhan mengurapi kita terus menerus. Karena kita harus selalu penuh dengan Roh Kudus dan pengurapanNya untuk bisa tetap menyala-nyala sambil menantikan kedatanganNya kembali.
3. Menjamu Raja
Ester 7:1 "Datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu."
Haman adalah musuh Ester dan seluruh orang Israel karena Haman berniat untuk membunuh seluruh orang Israel. Tapi Ester membawa musuhnya itu ke hadapan raja, dan ia menjamu raja. Apa artinya? Dalam keadaan apapun, kita harus tetap menyembah Tuhan. Ini adalah sebuah penyembahan yang dalam dengan RAJA kita.
Tuhan adalah Raja kita, waktu kita menyembah Dia, kita mempersembahkan sesuatu untuk kesenanganNya. Disaat musuh atau kesusahan menghadang kita, kita harus tetap bisa menyembah Tuhan karena Dia memang layak, karena Dia memang Raja.
Bawa musuhmu; penyakitmu, hutangmu, persoalanmu kehadapan Raja. Dan jamulah Rajamu! Senangkan hatiNya dengan penyembahanmu, bukan menyembah untuk mencari kesenangan kita. Kita yang menjamu Raja, bukan kita minta dijamu olehNya. Inilah kunci untuk pembalikan keadaan. Ketika kita menjamu Raja, maka musuh kitapun akan menjadi musuh Raja!
4. Jangan Krisis Iman
2 Raja-Raja 6:24 ; 7:20 Menceritakan tentang krisis dan kelaparan yang dialami kota Samaria. Dalam kisah itu diceritakan bahwa saat itu tidak seorangpun yang bisa masuk atau keluar dari kota itu, karena benhadad, raja Aram beserta seluruh pasukannya mengepung kota Samaria (2 Raj 6:24-25). Keadaan waktu itu begitu genting, karena kota mulai kehabisan persedian pangan dan energi, sehingga kepala keledai dihargai 80 syikal perak dan tahi merpati dihargai 5 syikal perak (1 syikal setara dengan 11.4 Gram).
Keadaan kota tersebut dapat dikatakan dengan satu kalimat yaitu KRISIS, baik itu krisis pangan, krisis energi, bahkan krisis politik (dikepung) dan jika anda membaca 2 Raja-Raja pasal 6 lebih lanjut, anda akan semakin mengerti betapa sulitnya keadan waktu itu, bahkan mereka mulai memakan anak mereka sendiri! Raja Israel sebagai pemimpin Samaria pun telah kehilangan akal, ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan rakyatnya.
Kehabisan persediaan bahan makanan dan juga persediaan lainnya yang sedemikian hebat membuat raja Israel menjadi marah dan tidak lagi mau berharap kepada TUHAN. 2 Raj 6:33 "Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. berkatalah raja kepadanya: "Sesengguhnya, malapetaka ini adalah daripada TUHAN. Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi?"
Mereka mengalami krisis kepercayaan (iman) kepada Tuhan yang berjanji untuk menjagai dan memelihara kehidupan umatNya. Bahkan pada saat Tuhan berjanji untuk melakukan mujizat bagi penduduk kota itu, mereka tidak mempercayai apa yang Tuhan katakan melalui nabiNya.
Lalu berkatalah Elisa: " Dengarlah firman Tuhan. Beginilah firman Tuhan: Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria." (2 Raj 7:1).
Krisis iman, itulah yang terjadi di dalam diri raja Israel. Itulah bahaya yang sesungguhnya mengancam kita semua ketika kita menghadapi berbagai krisis di sekeliling kita. Karena krisis di sekeliling kita hanya berdampak kepada hidup yang sementara dalam dunia ini, tetapi krisis iman berdampak kepada kehidupan kekal yang akan kita alami selama-lamanya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah membentengi hati dan pikiran kita dari ancaman krisis iman yang mengancam setiap anak-anak Tuhan? Karena strategi dan tujuan iblis adalah ingin mematahkan iman anak-anak Tuhan sehingga mereka tidak lagi mempercayai pemeliharaan Tuhan atas hidup mereka.
Sesulit apapun keadaan yang terjadi, setidakmungkin apapun kondisi yang anda alami, tetaplah hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa Allah sanggup. Hanya masalahnya, apakah anda masih tetap memandang pada kesangggupanNya itu atau fokus telah beralih kepada keadaan?
Berseru kepada nama TUHAN, maka kita akan diselamatkan. Tetapi harus kita ingat, bukan semua orang yang berseru-seru kepada nama TUHAN akan diselamatkan (Mat 7:21), tetapi kita harus mau naik ke gunung kudus TUHAN, harus mau naik ketempat yang lebih tinggi. Jangan puas dengan hanya keadaan rohani saat ini, tetapi kita harus terus mengembangkan rasa haus dan lapar akan TUHAN terus-menerus.
Dalam kisah pengepungan kota Samaria tadi, benar saja, keesokan harinya Tuhan sungguh-sungguh melakukan mujizat yang dijanjikanNya. Ajudan raja pun sungguh-sungguh menerima firman yang telah dinyatakan padanya, ia melihat tapi tidak menikmati. "Maka keluarlah penduduk kota itu menjarah tempat perkemahan orang Aram. Karena itu sesukat tepung yang terbaik berharga sesyikal dan dua sukat jelai berharga sesyikal, sesuai denga nfirman Tuhan. Adapun raja telah menempatkan perwira yang menjadi ajudannya itu mengawasi pintu gerbang, tetapi rakyat menginjak-injak dia di pintu gerbang, lalu ia mati sesuai dengan perkataan abdi Allah yang mengatakannya pada waktu raja datang mendapatkan dia." (2 Raj 7:16-17).
Mujizat itu nyata dan masih terjadi, jangan ijinkan krisis iman melanda di dalam hati, pikiran dan hidupmu.
5. Jangan Krisis Kasih
"... Jadi kami memasak anakku dan memakan dia ..." (2 Raj 6:28-29).
Krisis lain yang diakibatkan krisis pangan adalah hilangnya kasih, krisis kasih. Sampai ada ibu yang demikian tega untuk memasak anaknya agar ada bahan makanan untuk bertahan hidup. Mungkin kisah yang sekejam ini tidak sering kita temui, tetapi tidak kurang banyak orang yang mengorbankan orang lain bahkan keluarga sendiri agar dapat bertahan hidup. Berusaha bertahan hidup walau dengan menghilangkan, menyingkirkan nilai-nilai kasih di dalam hidup, dan terkadang bertindak tega walaupun itu merugikan orang lain.
Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan dingin (Mat 24:12).
Melihat orang lain yang tidak takut akan TUHAN, tetapi hidupnya seperti sangat "baik" seringkali membuat kasih seseorang menjadi dingin. Demikian juga dengan kesulitan dan tekanan-tekanan kehidupan, sehingga banyak orang, bahkan anak-anak Tuhan, kehilangan kemauan untuk melakukan kasih. Padahal perintah TUHAN yang terutama bagi ktia adalah mengasihi, sebagaimana tujuan utama TUHAN meninggalkan sorga dan datang ke dunia adalah untuk mengasihi kita semua dengan tidak mementingkan kepentingan dirinya sendiri.
Dari kisah di kota Samaria, ada satu kisah yang seharusnya menegur kita semua, yaitu kisah tentang empat orang kusta yang tinggal di luar kota Samaria. Pada zaman itu, jika seorang menderita penyakit kusta, maka ia harus diangsingkan dan dibuang. Karena kepungan raja Aram atas Samaria, mereka pun kesulitan mendapatkan makanan. keempat orang ini memutuskan untuk menyebrang keperkemahan tentara Aram. Jika mereka dibunuh, matilah mereka, jika tidak dibunuh, mereka akan hidup dan di sana ada kesempatan untuk mendapatkan makanan.
Disaat itulah TUHAN melaksanakan penyelamatan bagi umatNya. Tuhan membuat tentara Aram lari kalang kabut karena mendengar bunyi kereta, bunyi kuda, bunyi tentara yang besar di telinga mereka. Sehingga ketika keempat orang kusta itu masuk ke perkemahan tentara Aram, mereka langsung menemukan sebuah kemah tanpa penghuni tapi penuh dengan makanan dan minuman. Mereka pun segera mengisi perut kosong mereka. mereka juga menemukan emas, perak dan pakaian. Mereka kenyang dan bahkan kaya, tetapi di sisi lain, orang-orang seisi kota Samaria yang menolak mereka dan mengucilkan mereka sedang berada dalam keadaan krisis pangan. Keempat orang kusta itu punya berbagai alasan untuk membalas dengan tidak berbagi dengan orang-orang Samaria itu.
Tetapi ini yang mereka lakukan, mereka teringat dengan saudara-saudara mereka di kota yang sedang kelaparan (2 Raj 7:9). Orang-orang kusta ini telah mengalami penderitaan dalam hidup mereka, sudah sakit dibuang pula. Tapi satu hal yang hebat, ternyata hati mereka tidak sakit. Hati mereka tidak mengalami krisis kasih! Dalam keadaan kusta, mereka masih bisa mengingat dan mengasihi orang-orang sebangsa mereka yang sedang kelaparan di dalam kota Samaria. Dalam keadaan sulit yang mereka sendiri alami, mereka masih mau mengingat orang lain. Ini yang Tuhan inginkan!
Manusia jasmaniah mereka kusta, tetapi tidak manusia batiniah mereka. Kita bisa menghadapi berbagai krisis, dalam bentuk apapun, tetapi biarlah kita juga memutuskan untuk tidak mau mengalami krisis kasih.
Ada seseorang mengirimkan beberapa gambar yang sangat menyentuh hati. Sebuah tenda didirikan untuk pengumpulan dana bagi bencana gempa bumi di China. Lalu di tengah pengumpulan dana itu melintas seorang pengemis yang cacat. Orang berfikir pengimis ini hanya melintas, tetapi yang mengagetkan adalah pengemis cacat itu berhenti di depan kotak pengumpulan dana, dan mulai memberikan semua uang yang dimilikinya yang adalah hasil dia meminta-minta. Lihat, kita tidak tahu apa agama pengemis itu, tetapi yang pasti dia cacat, tetapi cacat jasmaninya tidak membuat hatinya juga cacat. Perbuatan yang sangat luar biasa, Karena dia tahu ada yang lebih susah daripada kesusahannya sendiri, dia tidak mementingkan dirinya sendiri, dia memiliki hati seperti hati Kristus.
Untuk mengahadapi 7 tahun kelaparan yang di alami Mesir pada zaman Yusuf, Yusuf diberi hikmat oleh Tuhan untuk menyimpan seperlima hasil tanah Mesir sebelum kelaparan itu terjadi. Yusuf mengadakan persiapan. Ini adalah sebuah kunci untuk menghadapi krisis dan goncangan.
Mengamati keadaan negeri kita hari ini, belum lagi ditambah keadaan zaman yang tidak bertambah baik, kita perlu mengadakan persiapan, jangan hanya diam dan pasrah.
Yusuf mengadakan persiapan. Ini adalah sebuah kunci untuk menghadapi krisis dan goncangan.
Amsal 30:24-25. Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,
Saat ini, ketika goncangan di sekitar kita belum seberapa, adalah sangat bijaksana jika mempersiapkan diri sehingga walaupun krisis terjadi dimana-mana, tapi tidak di dalam diri kita ! Beberapa hal di bawah ini yang perlu kita persiapkan dan perhatikan untuk menghadapi goncangan.
1. Kondisi keuangan
Dalam kitab kejadian 41 yang kita baca di atas dikatakan bahwa Yusuf menyimpan seperlima (20%) dari hasil tanah Mesir selama masa 7 tahun kelimpahan. Hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak menghabiskan seluruh penghasilan yang kita terima. Kita harus berusaha untuk menyisihkan sebagian untuk masa depan kita (dan sepersepuluh tentu saja).
Apalagi jika saat ini kita masih mengalami kekurangan, kita harus berdoa lebih sungguh lagi agar Tuhan menolong kita. Jika ada yang terlilit hutang, berteriaklah pada Tuhan untuk sungguh-sungguh membebaskan dari hutang. Karena orang yang berhutang hidup untuk masa lalu; setiap kali menerima penghasilan, uang itu akan dibayarkan untuk hutang yang dinikmati di masa lalu, bukankah ini berarti orang yang berhutang hidup untuk masa lalu?
Ambilah sebuah tindakan, ubahlah cara hidup yang tidak benar, kencangkan lagi ikat pinggang anda, berusahalah sungguh-sungguh untuk lepas dari jerat hutang. Kita harus memiliki satu tekad yang kuat untuk bebas hutang dan Tuhan akan melihatnya sebagai sebuah keseriusan, maka barulah Tuhan bisa menolong kita dengan cepat.
Karena orang yang berhutang hidup untuk masa lalu ...
Sekali lagi, bertindak, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Atur keuangan anda dengan baik dan benar! Pasti ada jalan keluar!
2. Mengerjakan apa yang Tuhan sukai
Matius 25:1-13 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima diantaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. ...Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Ini sudah bukan saatnya lagi kita hanya memikirkan kesenangan kita sendiri; hidup hanya untuk diri sendiri, tidak pernah memikirkan apakah kita memiliki 'minyak' (pengurapan Tuhan) atau tidak, apakah kita penuh Roh Kudus atau tidak. Kita harus mencari wajah Tuhan, meminta Tuhan mengurapi kita terus menerus. Karena kita harus selalu penuh dengan Roh Kudus dan pengurapanNya untuk bisa tetap menyala-nyala sambil menantikan kedatanganNya kembali.
3. Menjamu Raja
Ester 7:1 "Datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu."
Haman adalah musuh Ester dan seluruh orang Israel karena Haman berniat untuk membunuh seluruh orang Israel. Tapi Ester membawa musuhnya itu ke hadapan raja, dan ia menjamu raja. Apa artinya? Dalam keadaan apapun, kita harus tetap menyembah Tuhan. Ini adalah sebuah penyembahan yang dalam dengan RAJA kita.
Tuhan adalah Raja kita, waktu kita menyembah Dia, kita mempersembahkan sesuatu untuk kesenanganNya. Disaat musuh atau kesusahan menghadang kita, kita harus tetap bisa menyembah Tuhan karena Dia memang layak, karena Dia memang Raja.
Bawa musuhmu; penyakitmu, hutangmu, persoalanmu kehadapan Raja. Dan jamulah Rajamu! Senangkan hatiNya dengan penyembahanmu, bukan menyembah untuk mencari kesenangan kita. Kita yang menjamu Raja, bukan kita minta dijamu olehNya. Inilah kunci untuk pembalikan keadaan. Ketika kita menjamu Raja, maka musuh kitapun akan menjadi musuh Raja!
Inilah kunci untuk pembalikan keadaan. Ketika kita menjamu Raja, maka musuh kitapun akan menjadi musuh Raja!
4. Jangan Krisis Iman
2 Raja-Raja 6:24 ; 7:20 Menceritakan tentang krisis dan kelaparan yang dialami kota Samaria. Dalam kisah itu diceritakan bahwa saat itu tidak seorangpun yang bisa masuk atau keluar dari kota itu, karena benhadad, raja Aram beserta seluruh pasukannya mengepung kota Samaria (2 Raj 6:24-25). Keadaan waktu itu begitu genting, karena kota mulai kehabisan persedian pangan dan energi, sehingga kepala keledai dihargai 80 syikal perak dan tahi merpati dihargai 5 syikal perak (1 syikal setara dengan 11.4 Gram).
Keadaan kota tersebut dapat dikatakan dengan satu kalimat yaitu KRISIS, baik itu krisis pangan, krisis energi, bahkan krisis politik (dikepung) dan jika anda membaca 2 Raja-Raja pasal 6 lebih lanjut, anda akan semakin mengerti betapa sulitnya keadan waktu itu, bahkan mereka mulai memakan anak mereka sendiri! Raja Israel sebagai pemimpin Samaria pun telah kehilangan akal, ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan rakyatnya.
Kehabisan persediaan bahan makanan dan juga persediaan lainnya yang sedemikian hebat membuat raja Israel menjadi marah dan tidak lagi mau berharap kepada TUHAN. 2 Raj 6:33 "Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. berkatalah raja kepadanya: "Sesengguhnya, malapetaka ini adalah daripada TUHAN. Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi?"
Mereka mengalami krisis kepercayaan (iman) kepada Tuhan yang berjanji untuk menjagai dan memelihara kehidupan umatNya. Bahkan pada saat Tuhan berjanji untuk melakukan mujizat bagi penduduk kota itu, mereka tidak mempercayai apa yang Tuhan katakan melalui nabiNya.
Lalu berkatalah Elisa: " Dengarlah firman Tuhan. Beginilah firman Tuhan: Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria." (2 Raj 7:1).
Krisis iman, itulah yang terjadi di dalam diri raja Israel. Itulah bahaya yang sesungguhnya mengancam kita semua ketika kita menghadapi berbagai krisis di sekeliling kita. Karena krisis di sekeliling kita hanya berdampak kepada hidup yang sementara dalam dunia ini, tetapi krisis iman berdampak kepada kehidupan kekal yang akan kita alami selama-lamanya.
...krisis iman berdampak kepada kehidupan kekal yang akan kita alami selama-lamanya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah membentengi hati dan pikiran kita dari ancaman krisis iman yang mengancam setiap anak-anak Tuhan? Karena strategi dan tujuan iblis adalah ingin mematahkan iman anak-anak Tuhan sehingga mereka tidak lagi mempercayai pemeliharaan Tuhan atas hidup mereka.
Sesulit apapun keadaan yang terjadi, setidakmungkin apapun kondisi yang anda alami, tetaplah hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa Allah sanggup. Hanya masalahnya, apakah anda masih tetap memandang pada kesangggupanNya itu atau fokus telah beralih kepada keadaan?
Berseru kepada nama TUHAN, maka kita akan diselamatkan. Tetapi harus kita ingat, bukan semua orang yang berseru-seru kepada nama TUHAN akan diselamatkan (Mat 7:21), tetapi kita harus mau naik ke gunung kudus TUHAN, harus mau naik ketempat yang lebih tinggi. Jangan puas dengan hanya keadaan rohani saat ini, tetapi kita harus terus mengembangkan rasa haus dan lapar akan TUHAN terus-menerus.
Sesulit apapun keadaan yang terjadi, setidakmungkin apapun kondisi yang anda alami, tetaplah hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa Allah sanggup.
Dalam kisah pengepungan kota Samaria tadi, benar saja, keesokan harinya Tuhan sungguh-sungguh melakukan mujizat yang dijanjikanNya. Ajudan raja pun sungguh-sungguh menerima firman yang telah dinyatakan padanya, ia melihat tapi tidak menikmati. "Maka keluarlah penduduk kota itu menjarah tempat perkemahan orang Aram. Karena itu sesukat tepung yang terbaik berharga sesyikal dan dua sukat jelai berharga sesyikal, sesuai denga nfirman Tuhan. Adapun raja telah menempatkan perwira yang menjadi ajudannya itu mengawasi pintu gerbang, tetapi rakyat menginjak-injak dia di pintu gerbang, lalu ia mati sesuai dengan perkataan abdi Allah yang mengatakannya pada waktu raja datang mendapatkan dia." (2 Raj 7:16-17).
Mujizat itu nyata dan masih terjadi, jangan ijinkan krisis iman melanda di dalam hati, pikiran dan hidupmu.
5. Jangan Krisis Kasih
"... Jadi kami memasak anakku dan memakan dia ..." (2 Raj 6:28-29).
Krisis lain yang diakibatkan krisis pangan adalah hilangnya kasih, krisis kasih. Sampai ada ibu yang demikian tega untuk memasak anaknya agar ada bahan makanan untuk bertahan hidup. Mungkin kisah yang sekejam ini tidak sering kita temui, tetapi tidak kurang banyak orang yang mengorbankan orang lain bahkan keluarga sendiri agar dapat bertahan hidup. Berusaha bertahan hidup walau dengan menghilangkan, menyingkirkan nilai-nilai kasih di dalam hidup, dan terkadang bertindak tega walaupun itu merugikan orang lain.
Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan dingin (Mat 24:12).
Melihat orang lain yang tidak takut akan TUHAN, tetapi hidupnya seperti sangat "baik" seringkali membuat kasih seseorang menjadi dingin. Demikian juga dengan kesulitan dan tekanan-tekanan kehidupan, sehingga banyak orang, bahkan anak-anak Tuhan, kehilangan kemauan untuk melakukan kasih. Padahal perintah TUHAN yang terutama bagi ktia adalah mengasihi, sebagaimana tujuan utama TUHAN meninggalkan sorga dan datang ke dunia adalah untuk mengasihi kita semua dengan tidak mementingkan kepentingan dirinya sendiri.
Dari kisah di kota Samaria, ada satu kisah yang seharusnya menegur kita semua, yaitu kisah tentang empat orang kusta yang tinggal di luar kota Samaria. Pada zaman itu, jika seorang menderita penyakit kusta, maka ia harus diangsingkan dan dibuang. Karena kepungan raja Aram atas Samaria, mereka pun kesulitan mendapatkan makanan. keempat orang ini memutuskan untuk menyebrang keperkemahan tentara Aram. Jika mereka dibunuh, matilah mereka, jika tidak dibunuh, mereka akan hidup dan di sana ada kesempatan untuk mendapatkan makanan.
Disaat itulah TUHAN melaksanakan penyelamatan bagi umatNya. Tuhan membuat tentara Aram lari kalang kabut karena mendengar bunyi kereta, bunyi kuda, bunyi tentara yang besar di telinga mereka. Sehingga ketika keempat orang kusta itu masuk ke perkemahan tentara Aram, mereka langsung menemukan sebuah kemah tanpa penghuni tapi penuh dengan makanan dan minuman. Mereka pun segera mengisi perut kosong mereka. mereka juga menemukan emas, perak dan pakaian. Mereka kenyang dan bahkan kaya, tetapi di sisi lain, orang-orang seisi kota Samaria yang menolak mereka dan mengucilkan mereka sedang berada dalam keadaan krisis pangan. Keempat orang kusta itu punya berbagai alasan untuk membalas dengan tidak berbagi dengan orang-orang Samaria itu.
Tetapi ini yang mereka lakukan, mereka teringat dengan saudara-saudara mereka di kota yang sedang kelaparan (2 Raj 7:9). Orang-orang kusta ini telah mengalami penderitaan dalam hidup mereka, sudah sakit dibuang pula. Tapi satu hal yang hebat, ternyata hati mereka tidak sakit. Hati mereka tidak mengalami krisis kasih! Dalam keadaan kusta, mereka masih bisa mengingat dan mengasihi orang-orang sebangsa mereka yang sedang kelaparan di dalam kota Samaria. Dalam keadaan sulit yang mereka sendiri alami, mereka masih mau mengingat orang lain. Ini yang Tuhan inginkan!
Manusia jasmaniah mereka kusta, tetapi tidak manusia batiniah mereka. Kita bisa menghadapi berbagai krisis, dalam bentuk apapun, tetapi biarlah kita juga memutuskan untuk tidak mau mengalami krisis kasih.
Ada seseorang mengirimkan beberapa gambar yang sangat menyentuh hati. Sebuah tenda didirikan untuk pengumpulan dana bagi bencana gempa bumi di China. Lalu di tengah pengumpulan dana itu melintas seorang pengemis yang cacat. Orang berfikir pengimis ini hanya melintas, tetapi yang mengagetkan adalah pengemis cacat itu berhenti di depan kotak pengumpulan dana, dan mulai memberikan semua uang yang dimilikinya yang adalah hasil dia meminta-minta. Lihat, kita tidak tahu apa agama pengemis itu, tetapi yang pasti dia cacat, tetapi cacat jasmaninya tidak membuat hatinya juga cacat. Perbuatan yang sangat luar biasa, Karena dia tahu ada yang lebih susah daripada kesusahannya sendiri, dia tidak mementingkan dirinya sendiri, dia memiliki hati seperti hati Kristus.

“Saya ingin menyumbang!”
Ia menuang koin dari mangkuknya.
Ia menuang koin dari mangkuknya.

Para petugas mengulurkan tangan ingin membantu, tapi dia ingin melakukannya dengan tangannya sendiri.

“Saya masih punya uang.”
Ia berkata dengan antusias sambil merogoh saku celananya.
Ia berkata dengan antusias sambil merogoh saku celananya.

Ia mengambil beberapa lembar uang 10 dollar dan … menyumbang!

Kasih adalah tindakan, bukan cuma diucapkan
Manusia jasmaniah mereka kusta, tetapi tidak manusia batiniah mereka.
JADILAH BIJAKSANA DI TENGAH KRISIS YANG TERJADI
Mari, persiapkan diri kita menghadapi hari-hari di depan. Datang mendekat lebih lagi kepada Tuhan. Jangan fokus kepada krisis di sekililing kita, fokuslah kepada hati Bapa dan janji-janjiNya.
Sumber : gbi ikm magazine ONLINE di tulis oleh : Pdm. Himawan Leenardo
No comments:
Post a Comment