Thursday, December 10, 2009

KASIH YANG TAK AKAN LEKANG

KASIH YANG TAK AKAN LEKANG
(Lukas 15:11-24)

Siapa yang gak kenal kisah ini? Kisah kuno yang udah gak asing lagi buat kita. Mungkin kita bahkan udah hapal luar kepala isi ceritanya.


Suatu kali, ada seorang bapak yang punya dua anak. Si bungsu yang kurang ajar meminta bagian warisannya, dan keluar dari rumahnya. Di luar sana dia bangkrut, bahkan yang tadinya dia biasa bersenang-senang di rumahnya, terpaksa menjadi penjaga babi, pekerjaan yang sangat hina buat orang Yahudi kala itu. Penghinaan itu semakin menjadi-jadi ketika dalam kondisi sangat kelaparan si bungsu terpaksa mengemis ampas babi untuk dimakan, namun orang-orang yang bekerja bersamanya pun menolak untuk memberikannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk kembali ke rumah. Begitu tiba di sana, ternyata sang bapak sudah menunggu di pintu gerbang. Gak peduli dengan bau babi yang melekat di tubuh anaknya, sang bapak berlari memeluk si bungsu. Gak ada kata-kata penghakiman, gak ada penuduhan, yang ada hanya kasih sayang dan penerimaan yang begitu hangat. Hmm, gimana ya seandainya sang bapak gak pernah menunggu dan berlari menghampirinya? Ceritanya pasti beda deh! Yuk kita liat, sebenernya gimana sih sifat sang bapak?
Menilik ceritanya, sang bapak itu baik hati, murah hati, menerima dan mengasihi apa adanya, di samping kaya raya. Wow, siapa sih yang gak mau punya bapak kayak gini?
Tapi, pertanyaan berikutnya, kalo gitu, kenapa si bungsu mau keluar dari rumah? Beberapa kemungkinan alasannya:
  • Dia bosan dengan kehidupannya.
  • Dia ingin keluar dari aturan yang ada. Ingat, dia anak orang berada, yang kemungkinan besar punya banyak aturan di rumah.
  • Dia tertarik dengan tawaran di luar sana.
  • Melihat semua itu, dia berpikir untuk bebas, keluar dan mengekspresikan jiwa mudanya.

Di situlah, titik kehancuran hidupnya.
Hm, sepertinya mirip dengan kehidupan kita.
Kita bosan dengan kehidupan kekristenan kita. Kita bosan dengan berbagai aturan yang ada. Kita bosan, komsel lagi, SPK lagi, ibadah lagi. Sepertinya hidup begitu-begitu saja! Dan dunia di luar sana begitu menggoda, begitu menggairahkan. Sama seperti si bungsu, kita pun tergoda untuk keluar dari rumah. Ingat, kehancuran si bungsu gak dimulai dari dosa besar, tapi justru dari pikiran-pikiran yang ingin bebas, yang gak mau diatur.

Sebelum kita ngalamin kejatuhan yang sama, atau bahkan lebih parah, kita lihat yuk apa yang dialamin si bungsu ketika dia memilih untuk mengikuti nafsu masa mudanya:

  1. Menuntut hak (ay. 12). Kita selalu ngomongin soal hak kita, dan ngerasa semua yang kita lakukan adalah hak kita, jadi orang lain gak berhak ikut campur.  
     
  2. Memboroskan harta miliknya (ay. 13). Harta bicara soal tujuan hidup, visi, iman, kasih karunia, segala harta rohani yang Tuhan beri. Ketika keluar dari perlindungan Bapa, kita pun kehilangan tujuan hidup. Yang kita lakukan hanyalah apa mau kita. Akibatnya, kita berjalan tanpa arah dan hidup tanpa tujuan.
     
  3. Meminta makanan babi tapi gak dikasih (ay. 16). Terakhir, kita kehilangan rasa berharga kita dan berada di titik terendah dalam hidup kita.

    Mungkin hari-hari ini ada kita yang ngerasa hal yang sama. Kita bosen dengan kekristenan kita, bosen dengan semua aturan yang ada dan akhirnya kita mengambil langkah yang sama dengan si bungsu. Kita pengen kembali, tapi kita takut yang kita terima hanyalah penghakiman dan penolakan dari orang-orang di sekeliling kita.

    Namun, sama seperti si bungsu, kembalilah. Bapa kita selalu menunggu, Dia gak pernah menolak dan menghakimi kita. Jangan takut, Dia sudah melihatmu dari kejauhan. Jika memang engkau salah, izinkan Tuhan membentukmu. Tapi jika engkau benar, biarkan Tuhan membelamu.    

    No comments: