Saturday, September 10, 2011

Fungsikan Dan Lipatgandakan Talentamu

Kisah Para Rasul 9:36-43
"Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita -- dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami." Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit."

Dalam bahasa Yunani Dorkas artinya rusa. Tabita, wanita yang baik hati dan dermawan. Ia juga dapat disebut pemimpin "janda-janda". Tapi apa hendak dikata, Tabita tidak kuasa menghalangi dan mengalahkan maut, ia meninggal karena sakit.

Mendengar berita kematian Tabita, Rasul Petrus yang pada waktu itu sedang melakukan pelayanan di Lida segera ke Yope sebab dekat dengan kota Lida. Se-sampainya Rasul Petrus di Lida, di rumah Tabita, ia segera ke tempat di mana Tabita dibaringkan, ia berlutut dan berdoa. Setelah berdoa, Petrus berkata kepada Tabita: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka mata dan melihat Petrus.

Dari kisah Tabita dalam Kisah Para Rasul 9:36-43, kita mungkin bertanya mengapa Petrus menganggap kematian Ta-bita penting baginya? 
Di ayat 36, kita membaca bahwa Tabita adalah seorang perempuan yang berbuat baik hati dan dermawan. Ungkapan ini dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari dikatakan "Ia selalu saja melakukan hal-hal yang baik (She was full of good works – MKJV) dan menolong orang-orang miskin."

Bukti yang menguatkan bahwa ia adalah seorang perempuan yang baik hati adalah ketika ia meninggal, di mana semua janda-janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian yang dibuat Tabita waktu ia masih hidup. Bagi para wanita yang berstatus janda, apalagi tua, dan tidak memiliki pekerjaan, hal itu menjadi pergumulan tersendiri bagi mereka. Karena itu, tidak berlebihan jika pada hari kematian Tabita, mereka menangis sambil menunjukkan baju dan pakaian sebagai bukti perbuatan baik yang telah dilakukan Tabita.

Di sisi lain, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 9:36, ia juga memberi sedekah, boleh dikatakan dermawan. Bahkan mungkin ia ikut menyokong pelayanan para rasul Kristus, karena ia adalah seorang murid perempuan, pengikut Kristus. Perbuatan baik Tabita, menjadi catatan tersendiri bagi Petrus untuk tidak menunda kedatangannya, sebab ia berguna dalam pelayanan.

Tabita telah mengambil bagian dalam dua hal: 

I. Mendukung Pelayanan Rasul-rasul dengan Dana 
Prinsip yang dianut Tabita adalah "aku memberi bukan karena aku punya harta yang banyak" melainkan "ia menyadari dirinya sebagai salah seorang murid Kristus." Bukti bahwa ia adalah murid Kristus adalah "memberi" untuk pelayanan. Bagaimana dengan kita umat Tuhan pada masa kini?

II. Fungsikan dan Lipatgandakan Talenta 
Dari teks Kisah Para Rasul ini, kita dapat membaca kisah tentang Tabita. Ia adalah seorang tukang jahit. Dari profesi sebagai tukang jahit, ia memfungsikan talenta yang ada padanya, yakni "memberi". Ia memberi karena ada kasih Kristus dalam hidupnya. Namun harus diingat bahwa "orang yang memiliki kasih pasti memberi" tetapi "tidak setiap pemberian adalah bukti kita mengasihi." Mengapa? Karena persoalan motivasi. Secara sederhana, mungkin dapat kita katakan, Tabita, meskipun hanya dengan "jarum dan benang", telah memberi harapan baru bagi para janda.

Ingatlah, kapasitas talenta tidak menjadi soal. Yang harus kita renungkan adalah "apa yang harus kita perbuat" dengan talenta yang Tuhan berikan kepada kita? Karena itu, janganlah meremehkan karunia yang ada pada kita. Sekecil apa-pun, gunakanlah secara bijaksana, maka akan menjadi alat kesaksian bagi banyak orang. 

Melalui kehidupan Tabita, yang notabene adalah murid Kristus, ia menghidupi kebenaran Kristus dan memancarkan kebenaran Kristus sedemikian rupa sehingga orang lain (janda-janda dan rasul-rasul) melihat perbuatan yang baik. Ia telah menjadi saksi bagi janda-janda.

Bagaimana dengan kita, talenta apa-kah yang Yesus percayakan kepada kita? Besar ataukah kecil? Banyak ataukah sedikit? Dan sudahkah kita memfungsikan dan melipatgandakan talenta yang Tuhan percayakan?

Jika belum, inilah waktunya memfungsikan dan melipatgandakan (multiply) talenta yang Tuhan percayakan. [NB]


Tuhan memberkati. 




Sumber: GBI Alexandrite

No comments: